Kisah Para Rasul 1:6-11
Bersaksi tentang Tuhan Yesus merupakan tugas agung orang percaya. Namun, tugas yang satu ini sering membuat orang curiga. Kecurigaan itu di Indonesia dikenal dalam istilah kristenisasi. Padahal, dalam kekristenan tidak ada yang namanya kristenisasi. Yang ada hanyalah bersaksi.
Bersaksi adalah menceritakan pengetahuan dan pengalaman kita tentang Kristus yang kita imani. Bagaimana hal itu dilakukan ? Ada tiga pandangan tentang hal ini. Pertama, bersaksi hanya hanya melalui perbuatan saja. Kesaksian melalui kata-kata tidak perlu. Kelemahan dari pandangan ini adalah ayat-ayat dasar (Yoh 14:6 ; Kis. 4:12) dalam kekristenan tidak berlaku. Kedua, bersaksi melalui kata-kata saja. Orang sering menyebutnya bersaksi secara verbal. Inipun lemah karena meniadakan perbuatan nyata. Padahal, iman tanpa perbuatan adalah mati. Ketiga, bersaksi melalui kata-kata dan perbuatan. Kristus dijelmakan melalui kata-kata dan perbuatan. Nampaknya yang ketiga ini lebih ideal.
Bersaksi tidak sama dengan memenangkan jiwa. Bersaksi hanyalah menceritakan pengetahuan atau pengalaman kita bersama Tuhan. Sementara memenangkan jiwa adalah karya Roh Kudus, bukan kita. Orang bisa saja bertobat melalui kesaksian kita, namun itu bukan karena usaha kita, melainkan kerja Roh Kudus yang menginsafkan manusia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yoh 16:8). Dalam Kisah Para Rasul diatas tampak jelas bahwa tugas kita adalah bersaksi, bukan memenangkan jiwa. Perkara memenangkan jiwa itu tugas Roh Kudus. Konsep ini membuat kita lebih enteng. Tidak merasa bahwa bersaksi adalah sebuah tugas berat dan penuh risiko.
Orang percaya bertanggung-jawab untuk menyaksikan kebaikan dan kebesaran Tuhan. Ini bukan tugas yang bisa ditawar-tawar. Secara tegas, Alkitab meminta kita untuk bersaksi. Tugas ini adalah tugas yang mulia dan mudah. Karena itu, kiranya bersaksi dapat menjadi gaya hidup kita, bukan suatu hal yang membebani hidup kita.
"Bersaksilah, sehingga banyak jiwa dimenangkan oleh Roh Kudus"
God Bless.. =)
Bersaksi tentang Tuhan Yesus merupakan tugas agung orang percaya. Namun, tugas yang satu ini sering membuat orang curiga. Kecurigaan itu di Indonesia dikenal dalam istilah kristenisasi. Padahal, dalam kekristenan tidak ada yang namanya kristenisasi. Yang ada hanyalah bersaksi.
Bersaksi adalah menceritakan pengetahuan dan pengalaman kita tentang Kristus yang kita imani. Bagaimana hal itu dilakukan ? Ada tiga pandangan tentang hal ini. Pertama, bersaksi hanya hanya melalui perbuatan saja. Kesaksian melalui kata-kata tidak perlu. Kelemahan dari pandangan ini adalah ayat-ayat dasar (Yoh 14:6 ; Kis. 4:12) dalam kekristenan tidak berlaku. Kedua, bersaksi melalui kata-kata saja. Orang sering menyebutnya bersaksi secara verbal. Inipun lemah karena meniadakan perbuatan nyata. Padahal, iman tanpa perbuatan adalah mati. Ketiga, bersaksi melalui kata-kata dan perbuatan. Kristus dijelmakan melalui kata-kata dan perbuatan. Nampaknya yang ketiga ini lebih ideal.
Bersaksi tidak sama dengan memenangkan jiwa. Bersaksi hanyalah menceritakan pengetahuan atau pengalaman kita bersama Tuhan. Sementara memenangkan jiwa adalah karya Roh Kudus, bukan kita. Orang bisa saja bertobat melalui kesaksian kita, namun itu bukan karena usaha kita, melainkan kerja Roh Kudus yang menginsafkan manusia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yoh 16:8). Dalam Kisah Para Rasul diatas tampak jelas bahwa tugas kita adalah bersaksi, bukan memenangkan jiwa. Perkara memenangkan jiwa itu tugas Roh Kudus. Konsep ini membuat kita lebih enteng. Tidak merasa bahwa bersaksi adalah sebuah tugas berat dan penuh risiko.
Orang percaya bertanggung-jawab untuk menyaksikan kebaikan dan kebesaran Tuhan. Ini bukan tugas yang bisa ditawar-tawar. Secara tegas, Alkitab meminta kita untuk bersaksi. Tugas ini adalah tugas yang mulia dan mudah. Karena itu, kiranya bersaksi dapat menjadi gaya hidup kita, bukan suatu hal yang membebani hidup kita.
"Bersaksilah, sehingga banyak jiwa dimenangkan oleh Roh Kudus"
God Bless.. =)
No comments:
Post a Comment